Cerpen ini merupakan cerpen hasil karya gw sendiri yang gw bikin pada
saat gw masik duduk di kelas X-7, cerpen ini terinspirasi dari kehidupan gw
sendiri. Langsung aja deh simak ceritanya,, check this out!!
KU INGIN AYAH KU SEPERTI DULU
Mentari
menyongsong hariku dengan senyumnya yang menghangatkan hati. Diiringi dengan
burung-burung yang terbang diatas permadani biru yang luas membentang. Aku hanyalah
seorang anak kecil yang sedang menikmati harinya yang cerah, secerah hatinya saat itu. Aku
menikmati hari ini dengan memancing
bersama ayah ku yang sangat ku cintai. Memancing merupakan rutinitas
mingguan ku bersama ayah. Ayah merupakan sesosok manusia ssuper yang sangat
berarti bagi ku.

“Kakak…
cepat bantu ayah menggulung benang pancinggan..!” terriak ayah memanggilku yang
sedang melamun di tepian danau karena bosan menunggu umpan yang tak dimakan
juga oleh ikan.
“Kaka
kayo cepat! Ayah dapat ikan besar nih…!” ayah berteriak kembali.
“Iya,
yah… tunggu sebentar..” aku menjawab
panggilan ayah sambil meletakan pancinganku di atas tanah.
Aku
membantu ayah menggulung benang pancingan dengan sekuat tenaga. Ikan besar
tersebut terus melawan tarikan pancingan, hingga aku dan ayah dibuat tak
berdaya olehnya.
Hari
sudah mulai petang, pertanda bahwa aku dan ayah ku sudah harus pulang. Mungkin ibu
dan adik sudah menunggu aku dan ayah di rumah pikirku dalam hati. Sesampainya dirumah,
ibu segera membawa ikan yang telah aku dan ayah dapatkan kedalam dapur untuk
dimasak.

Hhmm bau ikan goring yang sedap spontan memenuhi rumah ku. Aku dan
keluarga ku makan malam bersama dengan nikmat, tapi tak ku lihat ayah makan malam bersama dengan ku. Seusai
makan aku mencari ayah ku di seluruh pelosok rumah. Oh ternyata ayah sudah
tertidur, rupanya ia kelelahan menemaniku memancing seharian. Aku tertidur
dengan hati yang tak tenang, sepertinya sesuatu akan terjadi di hari esok.
Pagi
ini hujan deras, disertai dengan petir yang menggelegar dan gumpalan-gumpalan
awan hitam yang mengerikan. Rasanya malas sekali untuk pergi ke sekolah.
“Hhwwmm…
bu, kakak masi ngantuk niih!” aku berbicara sambil menggaruk-garuk kepala yang
sebenarnya tidag gatal.
“Tapi
kakak kan harus tetap masuk sekolah… katanya kalau sudah besar kakak mau jadi
presiden, kok kaya gitu aja kakak sudah malas??” ibu menasehati dan menyemangati
aku sambil meledek.
“Yaudah
deh, kakak masuk sekolah aja. Loh? Bu? Ayah kemana kok ngga ada si? Memangnya ayah
tidak kerja?” Tanya ku sambil celingukan mencari ayah, karena biasanya setiap
aku mau berangkat ke sekolah ayah selalu berada di depan rumah bersama ibu.
“Ada
tuh di kamar, katanya ayah ngga enak badan jadi tidur lagi deh.., sudah cepat
kakak pergi ke sekolah nanti kesiangan!”
“Oh…
iya, kakak berangkat dulu ya bu… assalam mualaikum.” Aku pamit kepada ibu
sambil berlari karena takut kesiangan. Seperti tidurku tadi malam, hari inipun
aku belajar dengan hati yang tak tenang.
Apakah
yang akan terjadi pada hari ini? Apakah mungkiiin?? Ah entahlah, aku tidak tahu
apa yang akan terjadi. Semua ku serahkan kepada keputusan Allah s.w.t.
Sesampainya
aku dirumah, ternyata pintu rumah terkunci. Lalu aku segera kerumah nenek ku
yang kebetulan tidah jauhh dari rumah ku. Aku kerumah nenek karena biasanya ibu
menitipkan kunci kepada nenek jika ibu hendak berpergian. Kujumpai wajah nenek
yang murung dan sedih bagaikan gumpalan-gumpalan awan hitam tadi pagi.
To be Continued…….
Apakah yang sebenarnya terjadi dengan ayah si Aku dalam cerpen ini, stay tuned
terus di ekafiya’s blog.
0 komentar:
Posting Komentar