Minggu, 14 Agustus 2011

Mataku Terbuka

hasil copas dari blog soulmate gw ni bro 
Aku bingung cerita ini harus bermulai dari mana dan mungkin cerita ini hanya sekedar cerita biasa saja tapi semoga bermanfaat buat kalian yang membacanya.

Aku mempunyai teman yang cukup dekat denganku, dia cantik, berkulit putih nan mulus, dia juga pintar, menurutku dia adalah wanita yang paling sempurna di dunia ini, karena apa pun yang diinginkan pasti akan dengan mudahnya ia dapatkan, belum lagi banyak para lelaki yang menyukainya, meskipun dia telah memiliki kekasih yang sepadan dengannya tapi tetap saja itu tidak membuat para lelaki berhenti mengejarnya. Jika Tuhan berkata tidak ada mahluk yang sempurna di dunia ini, lantas dimataku temanku adalah mahluk yang sempurna, mungkin bukan hanya dimataku tetapi dimata setiap orang yang mengenalnya. Ya sebut saja nama teman dekatku ini adalah Chryzella Zhenny Diningrat. Aku biasa memanggilnya Zella.

Belum lama ini para remaja ramai sekali membicarakan tentang kedatangan Justien Bieber ke Indonesia, hampir semua remaja bahkan orang tua sekalipun menyukainya, dimana-mana yang ku dengar semua orang membicarakannya, tidak di televisi, di angkutan umum, bahkan saat mengantri di wc umum, hahaha.
Sebenarnya tidak bisa ku pungkiri bahwa aku pun menyukai Justien Bieber, wanita mana sih yang tidak terkagum-kagum melihatnya. Maka pada saat Justien akan mengadakan konser di Indonesia tepatnya di Sentul City, ingin sekali aku melihatnya. Tapi apalah daya, harga tiketnya di luar jangkauanku. Betapa bahagianya saat aku mendengar Zella akan menghadiri konser tersebut, dengan bahagianya ia memberitahuku karena ayahnya telah memberikan uang untuk membeli tiket konser tersebut. Bisa kubayangkan betapa bahagianya hati Zella, nasibnya sangat baik dan tak seburukku. Tapi itu tidak membuatku berkecil hati, bagiku sudah bisa melihat Justien di televisi saja sudah bahagia, aku tak banyak berharap bisa melihatnya secara langsung.
Sore setelah sepulang sekolah Zella memintaku untuk menemaninya, ya kemana lagi kalau bukan untuk membeli tiket konser JB (Justien Bieber). Berhubung aku tidak ada kegiatan hari ini, maka dari itu aku mau menemaninya.

Sepanjang perjalanan banyak yang kami lihat, tak lain adalah anak-anak kecil yang bernyanyi di lampu merah, ada yang menjual minuman bahkan koran. Saat aku sedang melihat mereka, tiba-tiba Zella mengajakku berbicara.
Zella : Kasihan ya mereka
Aku   : Iya Zell
Zella : Apa orang tua mereka tidak menyekolahkan mereka?
Aku   : Mungkin ingin Zell, tapi dari mana mereka dapat membayar
        semua kebutuhan sekolah
Zella : Loh memangnya mereka tidak bekerja? Apakah mereka tidak
        menginginkan anaknya sukses?
Aku   : Cari pekerjaan itu susah Zell, tidak semudah membalikan
        telapak tangan, tidak ada orang tua yang
        ingin anaknya tidak sukses, pasti mereka menginginkannya
Zella : Lantas, apa mereka pikir dengan cara seperti itu mereka
        akan sukses?
Aku   : Ku beritahu ya Zell, untuk membeli makan saja sudah
        susah, apalagi untuk biaya sekolah
Zella : Kasihan ya mereka, di bawah terik matahari seperti ini
        mereka malah mencari uang untuk makan, sedangkan aku
        duduk di dalam mobil berAC ingin menghabiskan uang hanya
        untuk membeli sebuah tiket konser. Sepertinya kuurungkan
        saja niatku untuk membeli tiket tersebut
Aku   : Loh kenapa Zell? Bukankah kamu menginginkannya?
Zella : Ya aku memang menginginkannya, tetapi aku tidak begitu
        membutuhkannya, sepertinya mereka lebih membutuhkan uang
        ini
Aku   : Kamu serius?
Zella : Ya aku serius, apakah aku terlihat sedang bercanda?
        Mau tidak kamu membantuku?
Aku   : Selagi ku bisa membantumu pasti akan ku bantu, apa?
Zella : Bantu aku untuk mengumpulkan mereka besok sore di tempat

        tadi
Aku   : Untuk apa?
Zella : Aku ingin memberikan uang ini untuk mereka dan aku ingin
        mereka merasakan kebahagian sama sepertiku, meskipun
        hanya sedikit
Aku   : Maksudmu uang untuk membeli tiket konser Justien?
Zella : Iya, memangnya kenapa?
Aku   : Nanti kamu bisa dimarahi oleh ayahmu Zell
Zella : Sudahlah itu resiko ku, yang terpenting kebahagian mereka


Sejenak aku termenung, sungguh tak percaya bahwa masih ada yang peduli pada rakyat miskin seperti mereka. Ini benar-benar nyata di kehidupanku, ada gadis yang sebaya denganku yang merelakan uangnya hanya untuk orang-orang di pinggir jalan. Padahal jauh di hari sebelumnya ia sangat mengharapkan uang tersebut untuk membeli tiket konser, agar dapat melihat penampilan Justien Bieber secara langsung. Tapi, ketika kini tiket sudah di depan mata ia malah menyia-nyiakannya, ia malah memilih membahagiakan orang lain dibanding dirinya. Sungguh perbuatan yang sangat mulia.
Maka saatnya pun telah tiba, hal yang bisa kulakukan saat ini hanyalah mengumpulkan orang-orang tersebut. Tak lama Zella pun datang dengan mobil mewahnya membawa makanan yang begitu banyak. Semua mata tertuju padanya, terlihat wajah yang takut, tegang, dan bingung dari orang-orang tersebut. Akhirnya saat pembagian uang dan makanan pun dimulai, awalnya semua merebutkan apa yang dibagikan, namun alhamdulilah aku bisa menertibkan mereka, karena aku bilang, yang tidak mengantri tidak akan diberi, haha konyol memang perkataanku tapi itu berhasil.
Dan pada akhirnya semua selesai juga, senang rasanya melihat mereka tersenyum.


Aku   : Aku bangga padamu Zell
Zella : Terima kasih, kamu perlu tahu satu hal, kita tidak bisa
        terus berharap pemerintah akan memberikan bantuan kepada
        mereka, kita juga tidak bisa terus-menerus menuntut
        pemerintah agar memberikan sebagian dana dari rakyat
        untuk rakyat
Aku   : Loh, memangnya salah jika kita menuntut?
Zella : Ketahuilah bahwa pemerintah sudah memberikannya kepada
        mereka, hanya saja tidak semua, memangnya dana tersebut
        hanya untuk rakyat kecil saja, tidak. Pemerintah juga
        harus membangun jembatan atau membenarkan jalan yang
        rusak, kalau tidak di lakukan, tentu orang-orang seperti
        kita akan kecewa telah membayar pajak. Belum lagi dana
        tersebut habis untuk membayar gaji pensiun, bayangkan
        berapa banyak pensiun yang bertambah setiap tahunnya.
        Apalagi sekarang negara kita sudah mulai ketergantungan
        dengan produk dari luar, apa itu tidak mengeluarkan dana
        yang cukup besar. Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah
        sepenuhnya.
Aku   : Kenapa begitu?
Zella : Iya karena mereka juga memikirkannya bahkan sudah
        meminimalkan harga. Seharusnya orang seperti kita yang
        memiliki uang lebih, bantulah saudara-saudara kita untuk
        meringankan bebannya. Pernah tidak terbayang di otakmu,
        seandainya semua orang yang memiliki kekayaan yang lebih
        memberikan sebagian kekayaannya untuk mereka atau
        memberikan pekerjaan kepada mereka, apa hidup mereka
        tidak makmur? Pasti lama kelamaan mereka akan hidup
        bahagia seperti kita
Aku   : Iya kamu benar Zell, apa yang kamu lakukan sekarang telah
        membuka mataku, aku sadar sekarang, segala sesuatu yang
        baik meskipun kecil itu akan sangat berharga
Zella : Iya maka dari itu setelah aku pikir kembali, apakah aku
        pantas bahagia, lompat-lompat menonton konser yang harga
        tiketnya berjuta-juta, sedangkan masih banyak saudara-
        saudaraku yang menderita kelaparan
Aku   : Terima kasih ya kamu benar-benar telah membuka mataku


Karena perbuatan Zella yang lebih memilih uangnya di berikan kepada orang-orang di jalan tersebut dari pada hanya untuk membeli sebuah tiket konser dan semua perkataan yang Zella katakan, telah membuka mataku, bahwa masih banyak yang menderita dan kita tidak pantas berbahagia di atas penderitaan orang lain, bukan hanya iba tapi bertindak untuk membuatnya bahagia meskipun kecil. 
Konser Justien pun telah tiba dan Zella kini menghabiskan waktunya hanya di rumah saja. Ketika ayahnya sadar bahwa anak kesayangannya sedari tadi hanya berdiam diri di rumah dan tidak beranjak dari kamarnya. Ayahnya pun menghampirinya dan bertanya. Zella pun takut untuk menjelaskannya, namun ia memberanikan diri untuk menceritakan semuanya, kini ia sudah siap jika ayahnya akan memotong uang sakunya bahkan memarahinya sekalipun. Namun setelah semua dijelaskan kepada ayahnya, Zella senang karena ayahnya tidak memotong uang sakunya ataupun memarahinya. Justru ayahnya sangat bangga bahwa anak kesayangannya kini sudah mulai berpikir dewasa dan mulai memikirkan akan kebahagian orang lain serta arti seberapa penting uang yang kita miliki.

0 komentar:

Posting Komentar