Rabu, 03 April 2013

CINTA SEJATI BAPAK HABIBIE DAN IBU AINUN


Cerita kisah cinta antara Bapak Habibie dengan Ibu Ainun membuat banyak orang terutama kaum wanita mengagumi kisah tersebut. Kisah yang penuh dengan romantisme sejak dulu hingga sekarang tepatnya sampai Ibu Ainun telah tiada. Bapak Habibie dengan setianya tetap menyimpan cintanya kepada Ibu Ainun.

Dulu dimasa sekolah sebelum mereka diramalkan berjodoh oleh para guru  Bapak Habibie dan Ibu Ainun merupakan teman sekelas yang saling bersaing satu sama lain, karena mereka termasuk kedalam siswa dan siswi yang cerdas. Bapak Habibie awalnya merasa malu diramalkan berjodoh dengan Ibu Ainun. Karena diprfokatori oleh teman temanya juga karena jiwa mudanya Bapak Habibie mengatakan bahwa Ibu Ainun jelek, gendut, hitam, dan menyamakan belau dengan gula jawa. Pada saat itu Bapak Habibie belum menemukan kecantikan dan keteguhan hati seorang Ibu Ainun.

Setelah mereka lulus dari sekolah yang sama keduanya melanjutkan pendidikan mereka di sekolah yang berbeda. Bapak Habibie melanjutkan pendidikanya dengan mengambil jurusan teknik mesin, sedangkan Ibu Ainun melanjutkan pendidikanya dengan mengambil jurusan kedokteran.

Atas ijin Tuhan merekapun bertemu kembali. Ibu Ainun yang dulu disamakan dengan gula jawa oleh Bapak Habibie kini telah menjadi gadis yang cantik dan cerdas, kemudian Bapak Habibie meralat kata-katanya dulu beliau berkata bahwa Ibu Ainun tidak lagi sama seperti gula jawa namun telah menjadi gula pasir yang murni dan manis.

Karena Ibu Ainun telah tumbuh menjadi sesosok gadis yang cantik dan cerdas maka banyak pria yang ingin menarik dan mengambil hatinya. Tetapi Bapak Habibie yang bukan merupakan siapa-siapa dan dengan keadaan ekonomi yang memprihatinkan beliau tetap percaya pada hatinya bahwa Ibu Ainun adalah gadis yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Bapak Habibie ymenyerahkan semuanya kepada Tuhan bahwa Tuhan telah mengatur siapa jodohnya tinggal waktu yang menjawab. Dengan logika dari ilmu teknik yang beliau pelajari, beliau berpendapat bahwa:

 “Mau ganteng atau tidak, kalau hatinya tidak satu frekuensi, bagaimana?”– BJ Habibie dalam film Habibie & Ainun

Garis jodoh yang diberikan oleh Tuhan telah membuktikan bahwa frekuensi antara Bapak Habibie dan Ibu Ainun berada pada jalur yang sama. Bapak Habibie tidah memerlukan waktu lama untuk menyatakan raasa suka dan keseriusanya untuk menikahi Ibu Ainun dan membawa beliau tinggal bersama di Jerman untuk menyelesaikan sekolah dan mewujudkan impianya membuat pesawat terbang di Indonesia.

Mereka berdua merupakan sosok yang berbeda. Bapak Habibie adalah sosok yang jenius namun keras kepala dan Ibu Ainun sesosok yang cerdas, cekatan, perasa perfeksionis, tenang dan sabar. Tetapi mereka mampu hidup berdampingan dalam semua perbedaan itu. Mungkin karena cinta kasih mereka yang teramat besar dan dalam satu sama lain. Atau mungkin bagi mereka perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu tapi justru sebagai pelengkap satu sama lain.

Ketika Bapak Habibie ingin melamar Ibu Ainun sebagai pendamping hidupnya beliau pun berkata bahwa beliau tidak bisa menjanjikan Ibu Ainun banyak hal, namun beliau berjanji akan menjadi suami terbaik untuk Ibu Ainun. Ibu Ainun pun menjawab bahwa iya tak berjanji akan selalu menjadi istri yang baik, tapi beliau berjanji akan menemani Bapak Habibie kemana pun beliau pergi.

Akhirnya mereka berdua pun menikah pada tanggal 12 Mei 1962. Setelah menikah Bapak Habibie langsung membawa Ibu Ainun untuk tinggal bersamanya di Jerman. Disanalah mereka berjuang membangun sebuah keluarga di tempat yang jauh dari Indonesia. Disana mereka berdua mengalami masa-masa yang berat namun mereka mampu menguatkan dan menopang satu sama lain. Sedikit demi sedikit kehidupan mereka disana mulai membaik. Kehadiran kedua buah hati yang sangat menggemaskan membuat kebahagiaan mereka semakin lengkap.

Ketika anak anak mereka sudah bisa dititipkan kepada pengasuh, Ibu Ainun memulai kegiatannya kembali yaitu menolong orang lain. Atas ijin suaminya beliau membuka praktek sebagai dokter anak.

Keteguhan Ibu Ainun sebagai seorang istridan ibu dipertaruhkan ketika Bapak Habibie mulai merakit mimpinya. Disaat Ibu Ainun menjadi seorang dokter dan menolong banyak anak yang sakit diasaat itu pula putranya mengalami sakit. Akhirnya Ibu Ainun memutuskan untuk melepas jubah dokternya dan mengabdikan diri sepenuhnya sebagai seorang istri yang baik untuk suaminya dan sebagai ibu yang baik untuk anak-anaknya.

Saat Bapak Habibie kembali ke Indonesia untuk mewujudkan mimpinya yaitu membuat pesawat terbang, Ibu Ainun selalu setia mendampingi suaminya. Dan juga ketika Bapak Habibie terjun kedalam dunia politik yang penuh godaan mereka berdua tetap setia dan memenggang teguh cintanya demi untuk pengabdian kepada Negara.

Ketika Ibu Ainun di vonis mengidap kanker ovarium beliau tidak pernah lupa menyiapkan obat untuk sang suami. Ibu Ainun merahasiakan penyakitnya dari Bapak Habibie karena beliau ingin suaminya tetap focus terhadap mimpi-mimpinya.

Kanker yang diidapnya sedikit demi sedikit mengrogoti tubuhnya, dan pada akhirnya pun Bapak Habibie mengetahuinya. Berkali-kali operasi dijalaninya namu kondisi beliau tidak kian membaik. Bagi Bapak Habibie beliau harus memperjuangkan hidup Ibu Ainun karena beliau telah banyak berkorban untuknya.

Takdir Tuhan kini berkata sebaliknya takdir telah memisahkan mereka berdua. Air mata saja rasanya tak cukup menunjukan betapa sedihnya seorang Bapak Habibie harus kehilangan wanita yang sangat dicintainya, wanita tegar yang selalu mendampingi hidupnya.Kisah cinta ini menceritakan tentang sebuah kesetiaan. Seperti itulah seorang pria seharusnya mencintai pasanganya begitupun sebaliknya saling menguatkan dan saling menjaga satu sama lain. 



0 komentar:

Posting Komentar